Friday, December 17, 2010

Menjadi Wanita Yang Bermanfaat Untuk Dunia Dan Akhirat

Aku Tak Ingin Jadi Karyawan

Siapa sih yang gak mau menjadi karyawan yang terbaik? semua orang ingin menjadi yang demikian, namun banyak banget yang harus kita siapkan, mulai dari edukasi,totalitas, loyalitas serta tanggung jawab. Semua harus ada dalam diri karyawan... HUpsss.... setelah aku mencoba mencari pengalaman dari berbagai bidang dalam pekerjaan (jiah.....) Ya ia dunk kalau diitung-itung semenjak SD aku udah punya pengalaman kerja baik secara legal maupun non legal... upsss... maksud aku diakui (dapat SK) atau yang asal kerja dapat uaang. hehe..

Ketika aku SD aku pernah berwiraswasta menjadi "pengusaha cilik" kata papa ku waktu itu. Aku berjualan makanan ringan seperti stick, donat, dan makanan ringan lainnya. Yah itung-itung jadi karyawannya mama qu... yang saat itu bisnis makanan buatan sendiri. Pertama kali menjadi karyawan mama qu... huh rasanya nggak enak kalau mau mendistribusikan donat ke pelanggan harus bangun pagi sekitar jam 04.30 an sembari menunggu adzan shubuh. Pukul 05.30 an harus sudah berada di rumah pelanggan, menyetorkan donat-donat dan snack yang di pesan. Kali ini aku bisa ngerasain susahnya nyari uang hehe... Gak pengen dech jadi karyawan. 
 
Setelah aku SMP aku lumayan jauh sekolahnya, sekitar 1,5 Km. menaiki sepeda melanjutkan usaha ketika SD aku pun sempat menjadi pengusaha cilik kembali. Sampai akhirnya aku berhenti berjualan karena alasan konsentrasi pada sekolah, padahal sebenarnya tidak mengurangi keaktifanku dalam kelas dan tetap juara kelas.  Tapi tetap saja ada alasan untuk aku menjadi karyawan kembali, rumah bulekku berada dijalan masuk SMP ku. beliau mempunyai kantin yang melayani anak-anak SD, SMP dan SMA wah super duper dech sibuknya kalau pagi dan sore, dengan alasan ini pula aku diminta membantunya melayani pembeli, otomatis tanpa batre aku kembali menjadi karyawan. Lumayanlah bisa untuk beli aksesorisku hehe... tapi terkadang walaupun sering megang uang aku juga sering kecapean pernah suatu ketika sampai sakit hingga tak mempunyai suara. Alasan ini yang kemudian membuat aku berhenti membantu bulekku untuk bekerja di kantinnya. Dah dech kagak udah jadi karyawan lagi ach.... capek... 


Setelah aku menginjak bangku SMA, hampir tidak berhubungan dengan dunia kerja kecuali membantu keluarga om ku yang menjabat sebagai Kepala sekolah di SMA tempat aku sekolah SMA Muh. Al-Amin Sorong. Keseharianku hanya menemani anak-anaknya bermain dan belajar, tetapi menurutku ini sama saja dengan menjadi karyawan, bayarannya aku numpang tinggal disana, selama sebulan aku disana mulai dah rasa gak kerasan kembali menggodaku, akhirnya kuputuskan saja untuk pulang dan berangkat sekolah dari rumahku saja walau jarak sekolah lumayan jauh. 

Setelah aku pindah ke MAN Model Sorong aku juga tidak merasakan menjadi karyawan, hingga kelas II SMA baru kembali mama qu membuka usaha dibidang fashion, elektonik dan perlengkapan rumahtangga, kembali aku merasakan menjadi karyawan kembali. Mengantarkan barang ke pelanggan, menarik uang tagihan bagi yang membeli dengan sistem kredit, menawarkan barang dan lain-lain. Dari sini aku belajar menjadi penjual yang baik, menawarkan, memberikan harga, diskon, return dan lain-lain. Lumayanlah untuk bekal menjadi pengusaha sukses nantinya amin...amin...

Semua kenangan diatas secara deskriptif memang aku menjadi karyawan yang ilegal alias tidak ada SK nya hehe... ya ialah orang kerja buruh gitu wkwkwk...tetapi disisi lain aku dapat merasakan bahwa menjadi karyawan itu nggak enak bangeeeettsss.. disuruh-suruh, dimarahi, dan hal lain yang nggak enak-enak. Ogah ah.. ngerasain jadi karyawan lagi. Jeritku waktu itu. besok kalau aku besar aku mau jadi bos aja. Walaupun mungkin hanya JURAGAN BERAS hehe... (wah yang ini mah berasnya berton-ton).


Waktu terus berjalan sehingga impianku menjadi karyawan benar-benar hampir terlupakan, hingga akhirnya aku harus menimba ilmu di Kota Solo beribu-ribu kilometer dari rumahku, jarak yang begitu jauh Papua - Solo. Pada awal-awal kuliah aku menerima uang transferan dari papa setiap bulannya malah pernah sebulan 3 kali hehe... boros amit. Setelah diamat - amati dan dipertimbangkan kok aku jadi malu ya. Akhirnya kuputuskan kembali untuk mencari uang dari hasil keringatku sendiri. Kalau aku bergabung dengan instansi lain pasti aku nggak punya waktu untuk kuliah gimana nggak kuliah aja mulai jam 06.00 dan berakhir 22.00 jadwal yang begitu padat maklum kita kelas Unggulan dan double kurikulum. Sampai akhirnya semester V aku mencoba untuk berdagang kembali menjual baju-baju, buku-buku serta lest privat, walau hasilnya nggak seberapa lumayanlah ngurangi transferan papa. 

Semester 1 - 5 aku pernah diangkat menjadi asisten keuangan PESMA bersama mbak rehan, ngurusi keuangan dan tetek-bengeknya. fuihhhh.... benar2 menjadi karyawan.

Semester VIII aku mulai diangkat menjadi Front Officer di kampusku 29 April 2009, walaupun nggak digaji aku senang bisa bekerja disebuah lembaga yang belum pernah aku coba bidangnya juga. Menantang nich... ujarku. Akhirnya aku menjadi seorang karyawan kembali berangkat jam 08.00 dan pulang jam 17.00 rutinitas yang melelahkan. Tetapi aku suka karena aku setiap hari bertemu dengan karakter dan perilaku orang dari berbagai sisi. 

Kembali pada tahun 2010 terjadi penerimaan mahasiswa di kampusku, aku yang bekerja sebagai  FO harus ditambahi bagian penerimaan mahasiswa baru plus bagian keuangan.huhhhff... setiap hari aku harus pulang malam, membuat laporan keuangan dan hasil penerimaan hari itu juga. Pernah sampai menginap di kantor haha...
Gara - gara menjadi FO sampai berat badanku yang dulunya 40 - 42 kg langsung turun drastis menjadi 35 dan alhamdulillah sekarang udah naik menjadi 37,79 kg. Gimana nggak, makan siang sering telat kadang malah nggak maem, baru aja kelar kerjaan ini eh udah datang kerjaan lain.... belum lagi ketika bulan April aku juga dipercaya menjadi Admin dan Keuangan di Al-Es'af English School yaitu tempat les dan Privat bahasa Inggris. Nyaris pulang malam setiap ada jam les. pulang2 langsung menuju tempat tidur dan zzzzzzzZZZZzzzz bobo dah....

Dengan bejibunnya rutinitasku menjadikan aku ilfeel lagi ma yang namanya jadi karyawan.... ogah ah.... tapi ini itung - itung pengalaman lah menjadi orang sibug hehe.... ntar kalau udah nikah pengen kerja yang nyante aja alias gak dikejar-kejar waktu. Amin Amin.... :)

"Ma'afkan ayah anakku..."

Sebuah kisah yang harus kita ketahui bersama untuk dapat diperhatikan...
Ini ada bahan untuk bahan renungan bagi kita semua yang barangkali ada yang kelupaan pada kata yang satu ini, yaitu : MA'AF. 

Jam sudah menunjukkan angka sebelas ketika aku duduk merebahkan diri di ruang tengah. Tentu saja istri dan anakku Aisyah sudah tertidur lelap. Tapi kenapa pintu kamar Aisyah masih terbuka? Aku tertegun saat berdiri di depan pintu kamar Aisyah. Aisyah tertidur di meja belajarnya ditangan kanannya masih memegang pinsil dan sepertinya ia menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi.
"Tumben anak ini minum kopi," pikirku.
Kuangkat dia ketempat tidur. Kubereskan meja belajarnya yang berantakan, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis Aisyah. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan-tulisannya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku.
Di lembaran pertama dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi menemaniku ke toko buku, mungkin ayah tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu ayah."
Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu Aisyah mengajakku ke toko buku, aku ingat sekali gaya bicaranya yang polos.
"Ayah nanti sore ada kegiatan nggak sih," sapa Aisyah saat aku akan pergi kerja.
"Ada apa sayang," jawabku.
"Ayah mau nggak menemani Aisyah ke toko buku?"
"Kalau ayah nggak sibuk nanti sore akan ayah usahakan menemani kamu yach".
"Terima kasih, ayah," ucap Aisyah dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku.
Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu dan menggemaskan.
Di lembaran kedua dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi lagi menemaniku ke toko kaset, padahal aku ingin sekali mendengar lagunya Sulis dan memutarnya di kamarku saat aku sedang sendiri agar aku tidak merasa sunyi. Sebenarnya aku mau ngajak ibu tapi aku ingin sekali ditemani ayah. Tapi lagi-lagi ayah sibuk".
Dan aku ingat lagi kalau Aisyah memang pernah mengajakku menemaninya membeli kaset.
Kalau dia ingin mengajakku dia selalu bicara seperti ini, "Ayah nanti sore sibuk nggak atau Ayah nanti sore ada kegiatan?"
Bahasa yang sopan sekali menurutku sehingga aku tidak bisa untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak bisa memenuhi keinginannya.
Di lembaran terakhir dia menulis : "Hari ini dan untuk kesekian kalinya ayah tidak bisa menemaniku. Tadi aku mengajak ayah ke pasar malam padahal ini kan hari terakhir ada pasar malam di komplekku dan aku udah janji sama Pak Mamat kalau aku akan membeli boneka yang ditawarkan tadi sore saat pak Mamat lewat depan rumahku, aku katakan pada pak Mamat kalau aku akan pergi bersama ayah ke pasar malam dan aku akan membeli boneka pak Mamat. Karena ayah masih belum pulang pasti pak Mamat sudah menjualnya. Pak Mamat maafkan Aisyah yah. Besok pagi akan Aisyah tunggu di depan rumah dan minta maaf pada pak Mamat kalau Aisyah tidak bisa pergi ke pasar malam. Kali ini Aisyah yang akan duluan meminta maaf, biasanya kan pak Mamat selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan. Dia selalu bilang, 'maaf yah neng, pak Mamat terlambat'. Padahal menurutku pak Mamat nggak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh sepedanya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa sih pak Mamat selalu minta maaf padahal pak Mamat kan nggak punya salah pada Aisyah. 'Iya neng, Pak Mamat tidak ingin mengecewakan neng Aisyah kemaren kan sudah bilang kalau pak Mamat nganterin pesanan neng Aisyah pagi-pagi sebelum neng pergi kesekolah. Coba kalau pak Mamat datangnya kesiangan pasti neng kecewa, pak Mamat nggak ingin neng, ngecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah neng untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan'. Aku jadi ingat sama ayah, ayah tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena ayah menganggapku masih kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap ayah. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan ayah tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf ayah".
Aku menangis membaca tulisan Aisyah, kudekati Aisyah di pembaringan sambil kupandangi wajahnya yang polos. Aisyah anakku sayang maafkan ayah, ternyata kau punya hati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada Aisyah atas janji-janji yang tidak pernah kupenuhi padanya. Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan-tulisannya. Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan ayah. Aisyah, ayah akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu.
---Untuk anakku tersayang Aisyah---
Renungan:
Terkadang kita malu atau enggan hanya untuk sekedar mengatakan kata "maaf" dan membiarkannya menjadi goresan-goresan luka yang membekas di hati. Atau mungkin kita sering beranggapan bahwa mereka akan melupakannya setelah beberapa hari. Kalau seandainya anda juga pernah melakukan hal yang sama seperti saya, tidak ada kata terlambat untuk meminta maaf pada orang yang pernah anda kecewakan. Jangan malu untuk melakukan hal yang benar sekalipun itu anda lakukan untuk seorang bocah atau teman, karena mereka juga punya hati nurani. Dan seandainya mereka masih tersenyum padamu walaupun anda telah mengecewakan mereka anda harus bersyukur atas karunia itu. Semoga kita-kita semua memang tidak pernah lupa pada kata yang satu ini, 'MAAF".

No comments: